0
TP: Kata kesejateraan menjadi catatan-catatan yang selalu mempropaganda oleh pengambil kebijakan daerah maupun Pusat.  Kasus diabawah ini adalah kasus yang berjalan dan ada di Paniai, terutama kebutuhan mendasar umat manusia.
 
Air bersih adalah salah satu jenis sumberdaya berbasis air yang bermutu baik dan biasa dimanfaatkan oleh manusia untuk dikonsumsi atau dalam melakukan aktivitas mereka sehari-hari termasuk diantaranya adalah sanitasi

Untuk konsumsi air minum menurut departemen kesehatan, syarat-syarat air minum adalah tidak berasa, tidak berbau, tidak berwarna, dan tidak mengandung logam berat. Walaupun air dari sumber alam dapat diminum oleh manusia, terdapat risiko bahwa air ini telah tercemar oleh bakteri (misalnya Escherichia coli) atau zat-zat berbahaya. Walaupun bakteri dapat dibunuh dengan memasak air hingga 100 °C, banyak zat berbahaya, terutama logam, tidak dapat dihilangkan dengan cara ini.

Air adalah sumber kehidupan. Mengonsumsi air putih sangat penting. Dengan tepat mengonsumsinya setiap hari tidak hanya dapat menjaga kesehatan, juga dapat mengobati penyakit.

Para peternak sapi melakukan pemeliharaan dengan sistem alam bebas. Ternak sapi yang dikembangkan di Paniai yaitu anggota suku Bovidae dan anak suku Bovinae lebih dari 18 tahun pembiaraan di alam bebas tanpa terkontrol oleh pemilik ternak.

  1. Wilayah Terkena Dampak

Hasil survai lapangan membuktikan bahwa Kecamatan Paniai Utara dan Kecamatan Eka telah dalam keadaan berbahaya konsumsi air bersihnya. Air yang mereka konsumsi adalah telah tercampur dengan kotoran ternak sapi dan kotoran ternak babi.

Masing - masing nama kampung yang terkena krisis air bersih di Kecamatan Paniai utara adalah kampung Kagupagu, Kampung Tugutuma, kampung Duagikotu, Kampung Aiyaigo, Kampung Dogiyo, Kampung Kebo, warga pelajar Sekolah Teologia Pertama (STP) Manataidagi, dan Kampung Biamoma, sedangkan kecamatan Eka yaitu kampung Kogenepa, kampung Ogeida, kampung Geida dan Kampung Makidimi.
Lokasi tempat pemeliharaan sapi yaitu Biabutu dekat sumber mata air kali Kowabeu, kali Bia dan area lembah hutan pinus Ogei samping kali Buma. Kali Kowabeu bermuara ke bagian Barat bersambung dengan kali Waneuwo dan Kali Buma bersambung dengan Kali Aga. Ada pula kali Biaone bermuara ke anak Danau Paniai yaitu Danau Kedimo.

2. Lokasi Pemeliharaan Sapi

Di wilayah Kebo II Timur mempunyai dua tempat pemeliharaan sapi. Lokasi pertama milik Sekolah Teologia Pertama (STP) terletak di samping Kali Kowabeu. Lokasi pertama memiliki pengamanan/ kandang ternak yang cukup baik.

Lokasi kedua : Pemiliharaan di alam bebas, terletak di dusun Biabutu. Pengawasan lokasi pemeliharaan antara kali Kowabeu dan kali Bia, sedangkan kandang ternak tidak ada. Lokasi ke III yaitu, di Kampung Tuguwai Kecamatan Agadide terletak disamping kali Buma.

  3. Pembuangan Limbah Sapi

Pembuangan limbah menjadi problem utama dalam pengontrolan oleh masing – masing tempat pembiakan sapi. Limbah peternakan meliputi semua kotoran yang dihasilkan dari suatu kegiatan usaha peternakan baik berupa limbah padat dan cairan, gas, maupun sisa pakan. Limbah padat merupakan semua limbah yang berbentuk padatan atau dalam fase padat (kotoran ternak, ternak yang mati, atau isi perut dari pemotongan ternak). Limbah cair adalah semua limbah yang berbentuk cairan atau dalam fase cairan (air seni atau urine, air dari pencucian alat-alat), sedangkan limbah gas adalah semua limbah berbentuk gas atau dalam fase gas.

Pembuangan limbah – limbah diatas tercuci melalui air hujan dan dicampuri kembali dan terkontaminasi dengan air kali Kowabeu, Bia dan Buma. Kotoran ruminansia/ sapi ini tercampur dalam air kali dan akan dikonsumsi warga/manusia.

Dampak limbah ternak yaitu limbah ternak masih mengandung nutrisi atau zat padat yang potensial untuk mendorong kehidupan jasad renik yang dapat menimbulkan pencemaran. Suatu studi mengenai pencemaran air oleh limbah peternakan melaporkan bahwa total sapi dengan berat badannya 5.000 kg selama satu hari, produksi manurenya dapat mencemari 9.084 x 10 7 m3 air. Selain melalui air, limbah peternakan sering mencemari lingkungan secara biologis yaitu sebagai media untuk berkembang biaknya lalat. Kandungan air manure antara 27-86 % merupakan media yang paling baik untuk pertumbuhan dan perkembangan larva lalat, sementara kandungan air manure 65-85 % merupakan media yang optimal untuk bertelur lalat.

Salah - satu akibat dari pencemaran air oleh limbah ternak ruminansia ialah meningkatnya kadar nitrogen. Senyawa nitrogen sebagai polutan mempunyai efek polusi yang spesifik, dimana kehadirannya dapat menimbulkan konsekuensi penurunan kualitas perairan sebagai akibat terjadinya proses eutrofikasi, penurunan konsentrasi oksigen terlarut sebagai hasil proses nitrifikasi yang terjadi di dalam air yang dapat mengakibatkan terganggunya kehidupan biota air.

4. Air Menta di Konsumsi

Air yang tercemar dengan kotoran sapi, dikonsumsi oleh warga setempat dalam keadaan air menta. Padahal di dalam air mentah banyak terkandung bakteri, virus, serta parasit, yang dapat membahayakan tubuh manusia. Mengonsumsi air mentah akan sangat mudah terjangkit radang usus akut, radang viral hepatitis, typus, diare, dan infeksi parasitis. Terutama di sungai besar dan kecil, sumur, maupun waduk yang saat ini, telah terkontaminasi dengan limbah sapi, limbah rumah tangga, sehingga meminum air mentah akan mudah terserang penyakit.

Dalam hasil survai juga nemukan bahwa sebagian warga mengonsumsi air mengandung air berbau, berwarna, dan mengandung logam berat. Di temukan di Kampung Aiyaigo dan Kampung Geida. Warga yang rata – rata dua kampung kecil yang kehidupan sosial bertani dan nelayang lokal cukup memprihatingkan krisis air bersih untuk dikonsumsi.

Kali Bia yang terletak antara kampung Aiyaigo dan kampung Geida ini cukup membahayakan dengan keadaan air yang mereka konsumsi. Rata – rata model rumah yang mereka huni juga menggunakan atap alang – alang, maka air hujan juga tidak dimanfaatkan oleh warga setempat. Sepanjang waktu mengonsumsi air yang penu bening, berwarna, penuh logam berat dan telah tercampur kotoran limbah sapi.

Dalam hal ini juga sebagian anak – anak umur 2 -14 tahun mengalami penyakit kecacingan akibat mengonsumsi air mentah.

5. Fakum Penyuluhan Pertanian

Hasil survai juga telah membuktikan bahwa tidak ada pengontrolan dari dinas Pertanian Kabupaten Paniai. Mungkin kurang-nya anggaran membuat tidak menjalankan fungsi pengontrolan ?.

Sumber – sumber dana penyuluhan diberdayakan kepada siapa saja, seharusnya masalah penanganan limbah – limbah ternak bisa teratasi sejak dini.

6. Pemerintah Kabupaten Paniai.

Air minum adalah kebutuhan dasar setiap manusia di bumi. Tanpa air manusia tak berfungsi pula. Dalam ringkasan – ringkasan hasil survai saya menyimpulkan bahwa Pemimpin telah kehilangan identitas wujud pemimpin untuk memberdayakan masyarakatnya. Pemerintah Kabupaten Paniai benar – benar gagal menjalankan otonomi khusus maka, wajib di kembalikan wilayah otonom ini Ke Jakarta.

Oleh : MG/TP

Post a Comment

 
Top